#JurnalFoto - Foto Binatang Liar dan Peliharaanmu

3:33:00 AM 0 Comments

Hai!

Liburan sudah berakhir (buat yang bekerja), saatnya update blog lagi! :)

Masa-masa liburan seperti sekarang ini, biasanya dihabiskan dengan berkumpul bersama keluarga. Kegiatan seperti mengunjungi rumah sanak saudara atau mengunjungi tempat wisata adalah salah satu kegiatan favorit yang sering dilakukan untuk mengisi hari-hari liburan.

Nah, bagi yang suka mengunjungi tempat wisata, mungkin ada kalanya kalian sempat mengambil foto objek dari tempat wisata, baik itu spot-spot yang eye catching atau juga objek sekitar tempat wisata yang menarik untuk diambil gambarnya; tidak terkecuali objek seperti binatang.

Kali ini saya mau berbagi beberapa hasil foto saya, khususnya objek binatang liar yang ada di sekitar tempat wisata yang saya kunjungi beberapa tahun yang lalu. Tidak hanya di tempat wisata, tetapi juga binatang di sekitar tempat sanak saudara, karena seperti saya jelaskan di awal paragraf, tempat sanak saudara juga bisa menjadi spot favorit untuk mengambil foto objek sekitar.

Rusa Jawa di Kampung Batu, Soreang
Foto di atas saya ambil sekitar dua tahun yang lalu ketika saya dan keluarga berlibur ke salah satu tempat wisata di Soreang, Kampung Batu. Kebetulan tidak hanya acara keluarga pribadi saya saja waktu itu, tetapi seluruh keluarga besar, dalam rangka memperingati hari Natal dan Tahun Baru keluarga besar.

Salah satu spot yang menjadi daya tarik Kampung Batu adalah tempat penakaran rusa jawa, yang akhirnya menjadi objek foto saya. Saya ambil foto ini menggunakan lensa zoom karena lokasi kandang rusa berada lebih rendah dari tempat pengunjung boleh berinteraksi dengan rusa. Selain itu, luasnya kandang rusa juga menjadi alasan saya menggunakan lensa ini, agar saya bisa menjangkau seluruh rusa yang tersebar ke berbagai titik di dalam kandang tanpa bergerak lebih dekat dengan rusa.

All right! So, that's the result!

Saya termasuk beruntung pada saat itu, karena untuk mendapatkan momen rusa melihat secara langsung dan lurus ke arah kamera mungkin jarang dan sulit diperoleh (kecuali menggunakan cara pengalihan perhatian seperti yang para fotografer profesional lakukan). Belum banyak teknik dan ilmu fotografi yang sudah saya pelajari waktu itu, karena bagi saya memotret dengan hasil tidak gelap saja sudah cukup baik. Salah satu teknik yang saya ketahui saat itu hanya tentang kombinasi setting shutter speed dan ISO untuk memperoleh hasil foto dengan pencahayaan cukup.

Saya mengarahkan kamera langsung menuju rusa yang saya inginkan menjadi objek foto dan menunggu momen yang tepat saat rusa itu melihat ke arah kamera. Ketika ada momen yang tepat, saya langsung menekan shutter beberapa kali dan setelah cukup saya melihat hasilnya. Beberapa foto blur karena rusa bergerak dan beberapa foto lainnya setengah blurry di bagian badannya. Namun satu foto ini saja yang saya dapatkan dalam keadaan tanpa blur dan rusa tepat melihat ke arah kamera.

Setelah di-review kembali ternyata pemotongan (crop-nya) kurang bagus...

Tomtom, Si Kucing Manglayang
Foto di atas ini adalah Tomtom, kucing yang saya foto di rumah tante saya di Cibiru. Tomtom adalah kucing liar yang kadang suka 'mampir' ke rumah tante saya untuk meminta makan. Bisa dilihat, Tomtom dipakaikan kalung oleh salah satu tetangga rumah tante saya untuk menandakan bahwa kucing ini dipelihara (secara liar.. Hahaha..). Saya pribadi suka dengan hasil foto ini, karena Tomtom terlihat ganteng dengan kalung yang dipakainya dan terlihat tidak seperti kucing liar pada umumnya. Tatapan matanya yang langsung mengarah ke kamera seperti mengisyaratkan bahwa dia tahu akan difoto. Tidak perlu waktu banyak untuk mengambil foto Tomtom yang melihat langsung ke arah kamera, karena saya sebelumnya sudah memegang kue untuk diberikan kepada Tomtom dan kue itu saya arahkan mendekat ke lensa kamera agar Tomtom melihat ke arah lensa.

Dan itulah hasilnya...

Ya, memotret objek seperti binatang memang tidak perlu sampai binatang itu melihat ke arah kamera, karena ketika objek binatang itu difoto dengan komposisi yang tepat saja sudah bagus menurut saya. Alasan saya menunggu momen saat binatang melihat ke arah kamera adalah untuk mendapatkan kesan atau karakter yang kuat sama seperti saya memotret portrait dari seseorang. Menurut saya, hasilnya akan sangat berbeda dari memotret binatang sembarang dengan angel yang sembarang.

Sedikit tips dari saya, coba menggunakan pengalihan perhatian agar binatang melihat ke arah kalian. Mungkin kalian bisa menirukan suara binatangnya, melemparkan atau hanya sekedar melambaikan makanan ke arah binatangnya atau mungkin berbuat gaduh untuk menarik perhatian binatang (yang terakhir ini dijamin binatangnya kabur). Mengambil foto binatang yang melihat ke arah kamera memiliki kesan tersendiri ketika berhasil dilakukan dan sudah pasti menjadi foto yang bagus dan bercerita.

Sekian dulu posting kali ini...

Keep love your pet and let's go green! (apasih...)

0 comments:

#JurnalFoto - Dokumentasi dalam Hitam Putih

11:21:00 AM 0 Comments

Hai!

Setelah agak lama vakum menulis, di musim liburan ini akhirnya saya berkesempatan untuk menulis lagi jurnal foto ini. 

Biasanya setahun sekali saya juga ikut tradisi pulang kampung ke kota kelahiran ibu saya, tapi tahun ini saya tidak pulang kampung. Jadi, pada kesempatan kali ini saya mau berbagi sedikit dokumentasi yang saya ambil di awal libur Lebaran, yang saya isi dengan kegiatan persiapan salah satu event di organisasi kepemudaan gereja... Dalam hitam putih...

Latihan Tari Tamborin
Foto-foto yang akan saya tampilkan ini saya ambil tanggal 5 Juli yang lalu, siang hari sekitar jam 12 di Gereja. Pada foto di atas adalah teman-teman pemuda yang sedang berlatih tari tamborin; yang sedang menari adalah pelatihnya dan yang duduk-duduk adalah peserta tarinya. Saya mengambil foto ini menggunakan mini tripod yang didirikan setinggi lutut orang dewasa, sehingga menghasilkan foto seperti ini. Sengaja saya ambil dari sisi rendah dan focal length yang kecil untuk memperlihatkan seluruh ruangan. Pada post processing saya menggunakan filter bawaan dari software pengolah foto, yaitu filter hitam putih dengan high contrast pada channel warna merah (Black and white red filter). 

But I think, it's too contrast...  

Gerakan Dasar Tari Tamborin
Masih sama dengan foto sebelumnya, foto ini saya ambil dari sisi depan dan saya posisikan tripod masih setinggi lutut orang dewasa, namun saya taruh di atas altar gereja untuk permukaan yang lebih tinggi. Pada post processing saya masih menggunakan filter yang sama dengan foto sebelumnya. :)

Gantian pelatihnya yang duduk-duduk...

And the last one is this photo...

Coach said "Poin"
Foto ini saya ambil pada saat pelatih sedang memberikan contoh kepada peserta tari, salah satu gerakan dasar dalam tari tamborin. Hal yang paling sering dikatakan pelatihnya adalah "Poin", yang maksudnya, gerakan salah satu kaki melangkah kedepan dengan kaki sedikit diangkat tetapi tidak dihentak (itu yang saya tangkap dari pelatihnya...). Melihat foto ini sepertinya saya mengambil di saat kaki sudah tidak jingjit (diangkat) lagi dan pelatih tari mengatakan poin...

Inilah sedikit foto dokumentasi yang saya ambil pada kegiatan siang kemarin. Sebenarnya saya ambil foto ini dalam mode warna, tetapi saya edit hitam putih pada saat post processing. Alasan saya mengubahnya ke warna hitam putih adalah saya ingin setiap yang melihat foto ini hanya fokus pada kegiatan atau aktivitas di dalam foto saja, sehingga cerita yang ingin disampaikan dari foto ini tersampaikan. Saya punya pemahaman bahwa mata manusia normal secara default akan mencari atau terfokus pada warna terlebih dahulu, apalagi warna yang kontras. Warna warni pada foto menjadi visual yang mewakili keadaan sebenarnya saat foto tersebut diambil. Lalu bagaimana dengan hitam putih?

Bagi saya pribadi, warna monoton seperti hitam putih pada foto akan memancing setiap orang yang melihatnya hanya fokus pada kegiatan yang divisualisasikan pada foto, sehingga menghasilkan foto yang bercerita. Berbeda dengan foto berwarna yang akan membuat orang yang melihatnya fokus ke banyak titik, apalagi ketika ada warna kontras yang menjadi warna kesukaan pribadinya.

Ya, sudah menjadi rahasia umum bahwa foto dengan warna hitam putih kurang menarik bagi sebagian orang karena monoton dan tidak bisa menceritakan visual keadaan yang sebenarnya pada saat foto tersebut diambil. Tetap bergantung pada selera...

Bagi saya pribadi, foto berwarna yang saya edit menjadi hitam putih adalah untuk menceritakan visual dari foto tersebut dan lebih mengeluarkan karakter dari subjek atau objek foto, agar setiap pemirsa (orang yang melihatnya) menjadi lebih fokus kepada cerita visual yang ingin disampaikan.

Itu saja yang bisa saya bagikan pada posting kali ini. Semoga pemahaman saya tentang foto hitam putih bisa diterima dan mungkin ada yang sepaham dengan saya bisa berbagi juga foto-foto liburannya dalam versi hitam putih...

Keep your life colorful and happy holiday!

0 comments: